MELEPAS (part 2)


Ketika orang-orang mengatakan hal buruk tentang kita, melukai, mencurangi, mengecewakan, ternyata terlalu sulit bagi kita untuk membiarkannya berlalu. Terkadang, melepas bukan berarti kita melepaskan sepanjang waktu, tetapi sekadar melepas dan membiarkan segala sesuatu berjalan dengan alami, begitu kata Ajahn Brahm, Sang Biksu dari Thailand yang buku-buku terbitannya sangat menginspirasi. 

“Jika kita tidak bisa melepasnya, orang itu terus melukai kita, terus mencelakai kita. Ini adalah hal yang paling aneh, sebab mereka melukai kita tetapi kita melekat terhadap hal itu, sehingga mereka melukai kita lagi dan lagi, setiap kali kita memikirkannya, mereka melukai kita sekali lagi”(Brahm 2011) 

Mungkin, pada titik ini kita seperti dipanggil lagi melihat apa yang selama ini paling menyakitkan dari mencoba bertahan terhadap sesuatu yang seharusnya dapat kita lepaskan, meskipun saya tahu, hal ini tak pernah mudah. Kita pasti pernah begitu mencintai dan memiliki banyak mimpi bersama dengan siapa yang kita pikir adalah calon pasangan hidup kita sampai maut memisahkan. Atau berpikir bahwa orang yang begitu kita kenal dan kita pikir mengenal kita dan kekurangan kita, adalah orang-orang yang justru menjadikan kekurangan kita sebagai bahan lelucon dan membicarakan kekurangan kita. Saya pernah merasakannya :)

Barangkali, entah karena begitu banyak hal yang tidak dapat dijelaskan, kita mencoba bertahan, dengan begitu banyak rasa sakit. Tidak setiap orang mau mengerti tentang diri kita, tentang siapa kita, tentang bagaimana kita dibesarkan dalam sebuah keluarga, tentang bagaimana kita bertumbuh. Orang-orang melihat kita aneh hanya karena apa yang kita jalani, tidak sama dengan apa yang mereka jalani. Apa yang mereka pikirkan, tidak sama dengan apa yang kita pikirkan. Sahabat-sahabat kita tertawa di belakang kita, karena menurutnya kelemahan dan kekurangan kita adalah hal yang lucu, karena mereka tidak seperti itu. Atau mereka seperti itu, hanya saja menutupinya. Pasangan kita meninggalkan kita, karena kita tidak lagi seperti orang yang diinginkannya.

Kadang kala persahabatan harus berakhir dengan sebuah pengkhianatan, sebuah hubungan harus dihampiri dengan sebuah kejenuhan dan rasa bosan. Kita harus belajar melepas, tidak selalu dengan orangnya, tetapi dengan rasa sakitnya. Ketika orang lain menyakiti kita, kita marah dan terluka, mereka menyakiti kita lagi, dan kita terluka lagi. biarkan mereka menyakiti kita cukup sekali saja, biarkan mereka menilai kita, karena mereka tidak mengenal kita, seperti Tuhan mengenal kita. Ya, ketika kita terluka dan melepasnya, mereka hanya akan melukai kita satu kali. Mudah membacanya ya? Namun ini pasti jadi hal tersulit bagi kita, belajar melepas.

Kita tahu terkadang melepas seperti tidak masuk akal, namun di saat seperti ini, Tuhan bekerja dengan cara yang tak dapat diselami manusia, di sinilan iman kita bertumbuh :)
Percayalah,
Suatu saat nanti kita akan tersenyum untuk hal-hal yang pernah menyakiti kita.
Percayalah,
Kita akan melepas dengan tersenyum lebar terhadap hal berduri yang kita peluk dan menyakiti diri kita, layaknya tanaman kaktus.
Percayalah kita dapat bernafas lega ketika melepaskan dengan ikhlas
Percayalah, kita layak bahagia
  
#stophate #spreadlovenothate


Comments

Popular posts from this blog

journal-journey

AMPUNI KAMI YA TUHAN #PENGAMPUNAN

kebahagiaan (part dua)