Posts

Showing posts from October, 2018

kebahagiaan (part tiga)

Jikalau  kalau kamu ingin bahagia dengan pilihanmu bermain atas hidup dan perasaan orang lain, maka sebenarnya kamu sedang menciptakan dunia yang penuh dengan masalah dan jauh dari kebahagiaan yang selama ini kamu cari. Oleh karena bukan kebahagiaan yang konstanta yang kamu cari, melainkan hanyalah kebahagiaan dari menghindari masalah.  Kebahagiaan sejati akan terwujud hanya jika ketika kita menemukan masalah, menikmatinya walaupun hati seringkali terluka, dan menikmati proses pemecahannya. Mencintai bukan tentang mendapatkan atau tidak, tetapi tentang perasaan yang ditumbuhkan melalui tindakan. Bukan tentang kata-kata yang indah, melainkan tentang integritas dirimu dihadapan Tuhan dan pasangan. Kebahagiaan tidak sama sekali datang dengan umbaran kata-kata manismu, tentang seberapa pintar kamu memuji dirimu sendiri, tentang bagaimana kamu merasa pintar menyembunyikan kebohongan, melainkan tentang wujud dari kata-katamu yang terlihat lewat tindakan. Demikian kebahagiaan dari m

kebahagiaan (part dua)

Rasa sakit akan membuat hidup kita lebih baik meskipun membuat kita merasa lebih buruk. Ia akan membuat kita lebih kuat dengan membuat kita menangis, mencerahkan masa depan kita dengan menunjukkan kepada kita seperti apa itu kegelapan. Manusia tidak membuat solusi masalah untuk menyelesaikan masalah, melainkan solusi terhadap satu masalah hanya akan menciptakan masalah lain. Seorang lelaki terlalu takut untuk terluka karena mencintai wanita sedemikian dalam, maka ia menemukan solusi untuk menduakan hatinya dengan wanita lain yang baginya akan menjadi semacam ‘tameng’ agar hatinya tidak kecewa dan terluka ketika cinta tidak berpihak dari salah satu pujaan hatinya tersebut. “Solusi terhadap satu masalah hanya akan menciptakan masalah lain”. Well, take the risk! Masalah merupakan konstanta di kehidupan ini. Masalah tidak akan pernah berhenti, mereka hanya datang silih berganti atau meningkat. Ketika kita merasa tidak memiliki masalah atau tidak dapat menyelesaikan masalah, maka

kebahagiaan (part satu)

Apakah kebahagiaan merupakan sebuah persamaan yang dapat dipecahkan?  Seperti sebuah rumus matematik? Atau seperti sebuah premis yang seringkali mendasari semua asumsi dan keyakinan kita. Premis bahwa kebahagiaan itu bersifat algoritmik, bisa diutak-atik dan diperoleh atau dicapai? Seperti masuk sekolah yang diinginkan, atau mendapatkan pasangan yang didamba-damba? Jika berhasil mendapatkan X, maka saya akan bahagia. Jika mendapat seseorang seperti Z, maka saya akan bahagia. Apakah selalu seperti itu, atau justru premis itu sendiri adalah masalahnya? Beberapa bulan belakangan, terlalu banyak kasus konseling yang saya temui atau barangkali sekadar cerita curahan hati teman-teman terdekat yang mengatakan bahwa pasangannya pergi dengan wanita/pria lain. Tidak sedikit yang telah berada dalam ikatan pernikahan dan tidak sedikit barangkali kasus-kasus demikian kita temukan di dalam kehidupan percintaan sehari-hari. Atau mereka yang sudah memiliki mobil kemudian merasa saatnya harus