PERNIKAHAN

Pernikahan bisa jadi rasanya jauh sekali dari angan, 

bisa jadi juga begitu dekat, datang tak terduga.

NAMUN

Pernikahan bukan semata karena ‘aku ingin menikah’

Bukan juga semata karena ‘pas’, pas ada yg mau nikahin, pas mau nikah juga ..

 

Pernikahan membutuhkan proses dan pertimbangan yang tidak mudah.

Proses untuk memantapkan hati, mental, pikiran, termasuk keuangan.

Bukan sekadar karena melihat teman-teman yang lain sudah menikah.

Pun kita perlu bertanya pada diri sendiri, ‘sudah siapkah aku?’

Ada banyak cara dan jalan, barangkali salah satunya ngobrol dengan orang tua perihal berkeluarga, dengan teman yang sudah berkeluarga, atau orang yang kompeten dalam dunia pernikahan, juga yang paling penting tanya Tuhan.


Setiap orang pasti bertumbuh dan berubah, ada satu waktu kita punya lima kriteria, di waktu yang lain kita mengubah kriteria. Pada waktu-wktu lainnya lagi, kita menghapus semua kriteria dan bersedia menerima sosok yang hadir, hanya karena ingin menikah. Jangan, pernikahan itu sekali seumur hidup, mau kah kamu menghabiskan seluruh hidupmu untuk orang yang tidak sesuai dengan dirimu. Awalnya kita masih punya banyak energi untuk menerimanya, suatu saat energi itu akan habis. Bayangkan kita berjuang sendirian untuk hal tersebut. Pernikahan itu jangka panjang, kamu akan melakukan hal yang sama berhari-hari, rutinitas yang suatu saat akan membosankan, atau tantangan yang membutuhkan perjuangan keras dari dua orang. Tidak akan ada lagi kesempatan memakai topeng, pernikahan adalah keterbukaan.

 

Pasti, pasti orang yang sudah mempersiapkan sematang apapun dirinya, akan menemui konflik rumah tangganya sendiri, tapi bukan berarti kita tidak perlu mempersiapkan diri. Ibarat menjaga badan supaya sehat, pasti ada kalanya tetap sakit, tetapi imun yang kuat, mempengaruhi seberapa kuat juga badan kita menyerang kembali virus yang masuk.

Itulah kenapa, Tuhan tidak sembarangan meluluskan kita untuk memasuki gerbang pernikahan. Ada tahapan-tahapan yang harus dipertimbangkan dan dipersiapkan.

Oleh karena, menikah adalah satu tujuan bersama pasangan. 


Bisa saja kita menuju kepada tujuan yang sama, tapi mobil yang dipakai berbeda-beda, jalan yang diambil berbeda-beda. Setujuan, tetapi tidak bersama.

Pada masa pendekatan, beberapa orang merasa ‘cukup’ dengan prinsip, ‘sudah sama-sama mau hidup serius dan menikah’, tetapi tidak mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi. Kita jadi tidak mengenal siapa partner kita, tahu-tahu sampai pada tujuan, kita merasa menikahi orang asing.


Dalam pernikahan pun akhirnya merasa tertipu, merasa dirugikan, diam-diam mengasihani dan menormalkan sesuatu yang mengikis standart hidup kita. Hal ini sering kali terjadi, setujuan tapi tidak bersama, sama-sama ingin menikah tetapi tidak berproses bersama, pun sudah menikah, bersama tetapi tidak menyatu. 



See? Setujuan, tapi tidak bersama, atau setujuan dan bersama-sama menjadi sebuah kesatuan:)

Kalau memang belum saatnya, berarti memang masih ada hal penting yang harus dipersiapkan, karena pernikahan adalah memasuki dunia baru yang jauh lebih berat tantangannya. 


#MARRIAGELIFE

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

journal-journey

AMPUNI KAMI YA TUHAN #PENGAMPUNAN

kebahagiaan (part dua)